PELUANG INVESTASI DI BIREUEN
Potensi dan Keunggulan Kabupaten Bireuen
Potensi Peluang Investasi
Potensi Peluang Investasi Kabupaten Bireuen
Strategi Promosi Penanaman Modal
Strategi Promosi Penanaman Modal 2021
KABUPATEN BIREUEN
I. KONDISI UMUM WILAYAH
A. Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Bireuen terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999, yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000. Daerah Kabupaten yang terletak diwilayah pesisir Provinsi Aceh ini sebelumnya merupakan wilayah dari Kabupaten Aceh Utara, yang kemudian dimekarkan pada tahun 1999 melalui peraturan undang-undang tersebut.
Secara geografis, posisi Kabupaten Bireuen berada pada titik koordinat antara 4º54’ - 5º21’ Lintang Utara (LU) dan 96º20’ - 97º21’ Bujur Timur (BT). Luas wilayah Kabupaten Bireuen adalah 1.795,38 kilometer persegi (km²) atau seluas179.533,85 hektar (Ha). Luas wilayah Kabupaten Bireuen tersebut adalah sekitar 3,13 persen dari total luas wilayah
Provinsi Aceh secara keseluruhan (57.365,57 km²).
Selanjutnya, pembagian wilayah administrasi pemerintahan dalam lingkup pemerintah Kabupaten Bireuen saat ini terdiri dari sebanyak 17 (tujuh belas) wilayah kecamatan, meliputi : Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunib, Peulimbang, Peudada, Juli, Jeumpa, Kota Juang, Kuala, Jangka, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Makmur, Gandapura, dan Kutablang. Diantara seluruh kecamatan tersebut, Kecamatan Peudada dan Kecamatan Juli merupakan kecamatan dengan luas wilayah paling dominan diantara kecamatan lainnya. Kecamatan terluas dalam hal ini adalah Kecamatan Peudada, dengan wilayah seluas 31.263,05 Ha atau 17,41 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen.
Berikutnya adalah Kecamatan Juli dengan wilayah seluas 23.248,21 Ha atau 12,95 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Sementara itu, kecamatan dengan luas wilayah paling kecil di daerah ini adalah Kecamatan Kota Juang (1.690,87 Ha) dan Kecamatan Kuala (1.686,67 Ha), dengan proporsi luas wilayah masing-masing sebesar 0,94 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Gambaran distribusi luas wilayah Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel berikut:
Luas Wilayah Kabupaten Bireuen Menurut Kecamatan Tahun 2018
Kabupaten Bireuen terdiri dari 17 Kecamatan dengan luas 179.844,80. Terletak pada antara 0.4054’ Lintang Utara dan 96020’-97021’ Bujur Timur. Berdasarakan geografis, Kabupaten Bireuen memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara dengan Selat Malaka;
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara;
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Pidie;
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie Jaya dan Pidie.
B. Letak dan Kondisi Geografis
Letak geografis Kabupaten Bireuen di kawasan perlintasan jalan nasional lintas pulau Sumatera juga merupakan nilai strategis yang perlu dimanfaatkan sebagai peluang bagi daerah ini untuk dapat lebih mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimilikinya.Dalam posisi tersebut, Kabupaten Bireuen diharapkan menjadi suatu kawasan pertumbuhan ekonomi di kawasan sentral pantai timur Aceh. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memanfaatkan letak strategis daerah ini diantara sejumlah daerah lain di sekitarnya, terutama Kabupaten Pidie Jaya, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Posisi Kabupaten Bireuen dalam hal ini juga memungkinkan kemitraan lintas daerah dalam bentuk transaksi perdagangan, pariwisata, maupun jasa-jasa lainnya.
C. Topografi
Topografi wilayah Kabupaten Bireuen secara umum terdiri dari wilayah datar, landai, bergelombang dan berbukit.Kelerengan bervariasi antara 0-2%, 2-5%, 5-15%, 15-40%, > 40%. Wilayah dengan kelerengan 0-2% terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kota Juang, Kuala, Kuta Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam. Wilayah dengan kelerengan 2-5% terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kuta Blang, Kota Juang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Samalanga, Simpang Mamplam.
Wilayah dengan Kelerengan 2-5%terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli Kuta Blang, Kota juang, Makmur, pandrah, Peudada, Pelimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Samalanga, Simpang Mamplam. Wilayah dengan kemiringan lereng 5-15% terdapat di kecamatan Gandapura, jangka, Jeumpa, Jeunib, Juli, Kota Juang, Kuala,Kuta blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam.Wilayah yang memiliki Kemiringan 15-40% berada di kecamatan Jeumpa, Jeunib, Juli, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan selatan, Peusangan Siblah Krueng, Samalanga, Simpang Mamplam. Wilayah dengan kemiringan >40% terdapat di kecamtan Jeumpa, Jeunib, Juli, Padrah, Peudada, Peulimbang, Samalanga, Simpang Mamplam.
D. Geomorfologi
Geomorfologi daerah di Kabupaten Bireuen dapat di bagi tiga yaitu:
1. Daerah Pesisir (Utara)dengan struktur tanah berupa pasir,banyak di tumbuhi pohon kelapa, tambak – tambak rakyat, pemukiman penduduk desa pantai, desa tambak, tempat pembenihan, daerah muara (umumnya dipakai tempat TPI dan PPI) dan beberapa kota – kota kecamatan berada di wilayah ini;
2. Daerah tengah didominasi persawahan, kebun- kebun penduduk, pemukiman penduduk dan ibu kota kabupaten;
3. Daerah Selatan adalah daerah berbukit atau dataran tinggi yang umumnya merupakan kawasan hutan, meliputi hutan lindung, dan kawasan budidaya.
II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH
1. Pengembangan kawasan industri kecil berupa keripik dan kue nagasari di Kecamatan Pesangan dan Kota Juang, saat ini pemasaran keripik dan kue nagasari merupakan oleh-oleh khas Kabupaten Bireuen;
2. Kawasan Home Industri di Kecamatan Jangka berupa minyak kelapa dan patarana yang produksinya sudah dipasarkan sampai ke kabupaten lain dalam Propinsi Aceh;
3. Pengembangan daya industri berupa jeruk giri Matang di Kecamatan Peusangan yang merupakan sentra produksi tersebar di Aceh yang pemasarannya sudah sampai ke Propinsi Sumatra Utara;
4. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Wisata Bahari yang berada di Pante Peusangan dan Kecamatan Juli, Pantai Laut Jangka dan Pantai Laut Pangah di Kecamatan Gandapura.
III. WILAYAH RAWAN BENCANA
Kabupaten Bireuen memiliki rentang wilayah terbentang dengan kondisi geografis, geologis, hidrologis dan topografis yang rawan terhadap bencana yang memberikan dampak yang sangat luas jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
A. Bencana tanah longsor
Kawasan rawan longsor di Kabupaten Bireuen seluas 8.379,23 ha, meliputi Kecamatan Samalanga seluas 48,57 ha, Peulimbang seluas 1.047,75 ha dan Juli seluas 8.330,66 ha. Kawasan gerak tanah yang berpotensi rawan secara menyatu terdapat pada jalan nasional Bireuen – Aceh Tengah sekitar km 11 sampai km 30.
B. Bencana banjir
Kabupaten Bireuen berpotensi banjir ringan atau rendah. Hal ini disebabkan topografi Kabupaten Bireuen dengan kelerengan yang bervariasi.Tinggi genangan < 0.50 m dengan luas wilayah genangan 18.227,72 ha, tinggi seluas 403,32 ha, tinggi genangan 1.30-1.50 m seluas 16.584,51 ha, dan tinggi genangan 1.50-2.00 m mencakup 13.648,64 ha. Sebagian kecil pada wilayah pesisir yang memiliki potensi banjir. Faktor terjadinya banjir sangat memungkinkan dikarenakan kondisi curah hujan yang anomali.
IV. DEMOGRAFI
Jumlah penduduk yang banyak merupakan modal untuk melaksanakan pembangunan apabila diimbangi oleh kualitas yang baik. Jumlah penduduk Kabupaten Bireuen berdasarkan proyeksi penduduk Tahun 2017 sebanyak 453.2240 jiwa, yang terdiri atas 221.798 jiwa penduduk laki-laki dan 231.426 jiwa penduduk perempuan.
V. POTENSI UNGGULAN
1. Sektor Pertanian
Kabupaten Bireuen dalam melaksanakan pembangunan di sektor pertanian khususnya dibidang pertanian tanaman pangan dan holtikultura selain diarahkan pada peningkatan ketahanan pangan guna mencukupi kebutuhan pokok, juga diarahkan pada pengembangan agribisnis, yaitu mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian dengan wawasan bisnis yang mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Kabupaten Bireuen mempunyai kondisi yang cukup baik sebagai tempat usaha tani, hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pertanian yang cukup memadai. Tanaman pangan dan holtikultura yang dihasilkan Kabupaten Bireuen antara lain padi, jagung, kedele, rambutan, Jeruk giri matang, mangga, pepaya dan pisang.
2. Sektor Perkebunan
Pembangunan Sektor Perkebunan memiliki visi mewujudkan perkebunan yang efisien, produktif dan berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan visi tersebut, pembangunan perkebunan lebih ditekankan pada pemanfaatan secara optimal sumber daya yang ada melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha.
Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan memantapkan dan menjamin keberadaan serta pemanfaatan sumber daya perkebunan secara bijaksana melalui pengelolaan sumber daya secara profesional berintikan pemberdayaan perekonomian petani. Upaya lain adalah dengan meningkatkan rehabilitasi kebun dan lahan kritis untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkebunan dengan pengembangan iklim usaha yang kondusif.
Pembanguan Sektor Kehutanan dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktifitas, efisiensi dan nilai tambah yang pada gilirannya akan dapat mencukupi kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan usaha tani, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan membuka peluang usaha.
Pembangunan Kehutanan diarahkan untuk pengembangan kawasan usaha tani secara komprehensif dan terpadu dengan sebanyak mungkin mengembangkan komoditas unggulan lokal, sehingga tercipta serta produksi sesuai agroclimate setempat. Produk unggulan di bidang perkebunan antara lain : Kakao, kelapa dalam, Karet, Pinang, Kelapa Sawit.
3. Sektor Perikanan
Peluang Kabupaten Bireuen untuk pengembangkan industrialisasi disektor kelautan dan perikanan guna adanya penambahan nilai serta daya saing dipasar domestik maupun ekspor terhadap hasil tangkapan maupun budidaya, maka dibutuhkan adanya daya dorong keterpaduan konektifitas yang mampu mempercepat lajunya pertumbuhan ekonomi daerah baik secara eksklusif maupun inklusif. Dimana secara agregat Kabupaten Bireuen telah didukung dengan adanya pemenuhan berbagai sumberdaya ekonomi lainnya yang mampu menjembatani kearah dimaksud.
Berdasarkan langka-langkah tersebut diatas, maka pengembangan industrialisasi akan lebih cepat tumbuh dan berkembang secara tepat dan terarah sehingga tujuan pembangunan melalui program ini akan menemui sasaran.
Pengembangan industrialisasi di Kabupaten Bireuen melalui sektor kelautan dan perikanan difokuskan pada penanganan hasil tangkapan maupun budidaya dengan beberapa kebutuhan, antara lain: Ruang penyimpanan ikan (cool room), Sarana pengolahan hasil tangkapan/budidaya (sistem penjemuran rumah kaca), Pabrik Pembuat tepung ikan serta pabrik pakan ikan.
4. Sektor Parawisata
Kabupaten Bireuen memiliki beberapa lokasi untuk dijadikan pengembangan objek wisata, baik wisata alam, wisata pantai, wisata religi dan wisata kuliner. Pengembangan objek wisata tersebut berada dalam Kabupaten Bireuen dimasing-masing Kecamatan, baik yang sudah berkembang maupun yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut
a. WISATA ALAM :
Untuk lokasi wisata alam seperti Arung Jeram, Air terjun, Wisata Satuan Liar Gajah terdapat di Desa Pante Peusangan Kecamatan Juli. Sedangkan untuk Wisata Pantai atau Bahari terdapat di tiga lokasi yang sudah mulai berkembang diantaranya Pantai Laut Kuala Raja di Kecamatan Kuala, Pantau laut Jangka di Kecamatan Jangka dan Pantai Laut Pangah di Kecamatan Gandapura.
Untuk objek wisata pantai terdapat disepanjang pantai utara Kabupaten Bireuen, untuk saat ini yang sudah berkembang yaitu di Pantai Jangka dan Pantai Laut Pangah.
b. WISATA RELIGI
Untuk objek wisata religi terdapat beberapa lokasi yang sangat bersejarah diantaranya lokasi wisata Makam Habib Bugak, Makam Tengku Chiek awe geutah dan Makam Syuhada.
Habib Bugak merupakan ulama dermawan asal Aceh di Mekkah. Beliau ( sekitar tahun 1803 masehi ) mewakafkan tanah dan bangunan yang dimilikinya untuk masyarakat Aceh yang dikelola Pemerintah Arab Saudi. Hasil dari pengelolaan harta Habib Bugak setiap tahunnya disumbangkan untuk kebutuhan Masjidil Haram dan jamaah haji asal Aceh yang berangkat ke tanah suci.
Makam Tengku Chiek Awe Geutah seorang ulama yang sangat berperan dalam mengembangkan agama islam di Aceh. Tgk Chik Awe Geutah yang nama aslinya Syaikh Abdurrahim Bawarith al-Asyi adalah anak Syaikh Jamaluddin al-Bawaris dari Zabid Yaman. Dikisahkan ketika akan membuka lahan di daerah ini yang banyak ditumbuhi rotan, Tgk. Syeikh Abdurrahman melihat salah satu pohon rotan yang mengeluarkan cahaya dan ketika dipotong rotan tersebut keluar tetesan getahnya. Tgk. Syeikh Abdurrahman kemudian memberi nama daerah ini menjadi Awe Geutah (rotan Getah) dan sejak itu penyebaran agama Islam mulai dilakukan sehingga semakin maju dan berkembang kesemua pelosok. Nama Abdul Rahim semakin dikenal di seluruh Aceh sebagai seorang tokoh ulama Sufi bahkan sejumlah kerajaan Islam yang ada di Aceh pada masa itu menjalin kerja sama dengan Tgk. Awe Geutah yang mengirimkan utusan khusus untuk berguru pada Abdul Rahim. Sejak saat itulah murid-muridnya dari Awe Geutah maupun dari luar Awe Getah menabalkan namanya dengan sebutan Teungku Chik Awe Geutah.
Dinamakan Makam Syuhada Lapan karena disitu dimakamkan delapan pejuang yang gugur melawan belanda. Beliau adalah Tgk. Panglima Prang Rayeuk Djurong Binjei, Tgk. Muda Lem Mamplam, Tgk. Nyak Bale Ishak Blang Mane, Tgk. Meureudu Tambeu, Tgk. Bale tambue, Tgk apa Syeh Laot Jok Mamplam, Tgk. Muhammad Sabi Blang Mane, Tgk. Nyak Ben Matang Salem Blang Teumuleh.
c. W I S ATA KULINER
Wisata yang menyediakan berbagai fasilitas pelayanan dan aktifitas kuliner yang terpadu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Sate Matang adalah salah satu makanan tradisional jenis sate yang berasal dari daerah Aceh. Sate satu ini memang sekilas hampir mirip dengan sate di Indonesia pada umumnya, namun dalam segi penyajian dan rasanya sangat berbeda dan sangat khas. Sate Matang ini merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup terkenal di Aceh. Selain menjadi makanan favorit warga sekitar, makanan ini juga sering menjadi menu yang banyak dicari oleh para wisatawan.